LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN bagaikan pilihan yang bagus buat kalian yang pengen mencari solusi berita mengutip. Beberapa berita lainnya bisa kalian dapatkan disini karena baik.
Taktik pembangunan peternakan menyandang prospek yng baik dimasa depan, kaena permintaan bahan-bahan yng berawal dari ternak hendak terus meningkat seiring yang dengannya permintaan jumlah penduduk, pendapatan serta kesadaran masyarakat paruh atau bisa juga dikatakan kepada mengkonsumsi pangan bergizi tinggi menjdai pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk (Santosa, 1997). Pembangunan serta pengembangan yang telah di sebutkan diantaranya, yakni meliputi pembangunan dibidang pertanian, menjdai semisal, yakni pembangunan dibidang peternakan. Tidak sekelumit peternakan di pedesaan yng memperhatikan masalah pertumbuhan ternak serta mengabaikan masalah ekonomi perusahaan, satu dari sekian banyaknya bisnis peternak yng di lakukan oleh masyarakat di pedesaan di daerah Kebakkramat merupakan beternak babi, yng berbentuk bisnis peternakan rakyat. Babi merupakan ternak mamalia yng menghasilkan putra intern jumlah yng besar (litter size) yang dengannya selang kelahiran yng kian singkat dibandingkan domba, sapi, kerbau serta kuda. Babi salah satunya hewan Ungulata yng bermoncong panjang serta berhidung lemper serta setimpal hewan yng aslinya berawal dari Eurasia. Berkaitan yang dengannya hal yang telah di sebutkan maka butuh di lakukan praktikum Pengelolaan Bisnis Peternakan mengenai Bisnis Tani Ternak Babi. Hal ini paruh atau bisa juga dikatakan kepada mengidentifikasi pola pengembangan peternakan rakyat yng menyandang skala bisnis yng ekonomis serta mampu memberikan kontribusi pendapatan keluarga yng cukup memadai, mengarah pada pengembangan agribisnis peternakan, bukan cuma menjdai bisnis sampingan. Bisnis ternak rakyat diharapkan bagaikan pendapatan utama rakyat peternak serta bisa memenuhi kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga peternak, semisal pada kegiatan ekoonomi keluarga lain-lainnya serta malah mengarah pada bisnis peternakan keluarga.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Bisnis Peternakan Pengelolaan bisnis tani pada hakikatnya hendak dipengaruhi oleh perilaku petani yng mengusahakan. Perilaku yang telah di sebutkan bergantung dari enggak sekelumit faktor diantaranya: watak, suku serta kebangsaan dari petani itu sendiri, tingkat kebudayaan bangsa serta masyarakatnya, serta pun dari kebijaksanaan pemerintah (Tohir, 1991). Ternak menjdai komoditas, sekelompok ternak yng diperoleh dari turunan ternak sumberdaya lewat suatu perkawinan tertentu ataupun kelompok ternak yng sudah terpilih lewat satu jalur perkawinan tertentu ataupun seleksi genetis tertentu didasari ciri-ciri karakteristk yng diunggulkan. Ternak komoditas berfungsi menghasilkan bakalan unggul. Semisal kelompok ini merupakan ayam ras GPS (Grand Parent Stock). Ternak menjdai penghasil yang dibuat merupakan kelompok ternak yng berfungsi menghasilkan daging, susu, telur secara efisien. Semisal kelompok ini merupakan sapi bakalan impor, ayam ras pedaging, ayam petelur serta lain-lain (Yusdja serta Pandangan anyar, 2006). Bisnis tani merupakan kegiatan bisnis kita-kita paruh atau bisa juga dikatakan kepada mengusahakan tanahnya yang dengannya maksud paruh atau bisa juga dikatakan kepada mendapatkan hasil tanaman ataupun hewan tanpa menghasilkan berkurangnya kemampuan tanah yng bersangkutan paruh atau bisa juga dikatakan kepada mendapatkan hasil selanjutnya (Adiwilaga, 1982). Usahatani merupakan kegiatan mengorganisasikan ataupun mengelola aset serta cara intern pertanian. Usahatani pun bisa diartikan menjdai suatu kegiatan yng mengorganisasi sarana produksi pertanian serta teknologi intern suatu bisnis yng menyangkut bidang pertanian (Moehar, 2001). Tujuan utama dari bisnis ternak merupakan memperoleh keuntungan yng sebesar-besarnya, baik berupa uang maupun berwujud hasil. Bisnis ternak mampu digolongkan bagaikan dua: Hasil Pokok, yakni bisa berupa makanan semisal : daging, susu, serta telur. Berupa tenaga kerja semisal tenaga kerbau intern membajak. Hasil Ikutan (by product), pada biasanya, dari bisnis ternak, kecuali memberikan hasil utama, pun memberikan hasil sampingnya yng mampu dimanfaatkan celah lain: Pupuk, dari hewan ternak menyusui serta unggas bisa diperoleh kotorannya yng Amat besar manfaatnya paruh bisnis pertanian. Kulit paruh atau bisa juga dikatakan kepada sepatu, tas, perangkat musik serta wayang. Tangkai tanduk dipakai paruh atau bisa juga dikatakan kepada tangkai kipas, tangkai wayang, sisir, kancing pakaian serta masih enggak sekelumit lagi. Tulang, bisa dipakai menjdai tepung tulang yng dipakai menjdai pakan ayam serta babi (Sihombing, 2006). Faktor-faktor produksi intern usahatani terdiri bagi empat unsur pokok, yakni tanah, tenaga kerja, modal, serta pengelolaan. Keempat faktor produksi yang telah di sebutkan intern usahatani menyandang kedudukan yng percis pentingnya (Hernanto, 1988). Pendapat dari Saragih (2000), didasari corak bisnis tani, kegiatan bisnis ternak di Indonesia, sudah berkembang 4 tipologi bisnis, yakni : Bisnis tani ternak menjdai bisnis sambilan, yakni petani ternak mengusahakan macam-macam komoditi kian-kian tanaman pangan, dimana ternak menjdai bisnis sambilan paruh atau bisa juga dikatakan kepada mencukupi kebutuhan sendiri yang dengannya tingkat pendapatan dari bisnis tani ternak enggak kian dari 30%. Bisnis tani ternak menjdai cabang bisnis, yakni petani ternak mengusahakan pertanian campuran (mixed farming) yang dengannya ternak menjdai cabang bisnis tani yang dengannya tingkat pendapatan serta budidaya ternak 30-70% (semi komersial). Bisnis tani ternak menjdai bisnis pokok, yakni petani ternak mengusahakan ternak menjdai bisnis sambilan (single commodity) yang dengannya tingkat pendapatan dari ternak seputar 70-100%. Bisnis tani ternak menjdai bisnis industri, yakni peternak mengusahakan ternak menjdai industri komoditas ternak secara khusus (specialized farming) yang dengannya tingkat pendapatan 100% dari bisnis ternak pilihan. Aritonang (1993) berpendapat bahwasanya corak usahatani yng sub-sistem biasanya menerapkan pola pe-nanganan ternak yng bersifat tradisional (penerapan teknologi yng rendah) yang dengannya skala bisnis yng kecil. Makin besar skala bisnis, tujuan ekonomi makin menonjol sehing-ga prinsip ekonomi intensif diperhatikan B. Bisnis Ternak Babi Pendapat dari Bunter serta Bennett (2004) babi setimpal satu dari sekian banyaknya komoditas ternak penghasil daging. Babi menyimpan sifat-sifat serta kemampuan yng menguntungkan celah laina dalah menyimpan laju pertumbuhan yng cukup cepat serta pun menyimpan jumlah putra per kelahiran (litter size) yng tinggi. Menjadikan, andai dilihat dari keunggulan-kelebihannya yang telah di sebutkan maka babi menyimpan potensi besar paruh atau bisa juga dikatakan kepada dikembangkan menjdai penghasil daging. Ternak babi setimpal ternak pemakan butir-butiran serta hijauan, salah satunya hewan profolik lantaran cepat sekali berkembang. Ternak ini secara komersil enggak sekelumit diusahakan di Sumatera Utara, Jawa Tengah serta sebagian provinsi lain-lainnya. Amat disayangkan data statistik babi tak membedakan jenis babi lokal serta babi hybrid. Babi setimpal ternak yng menyandang daya pertumbuhan serta perkembangan yng relatif pesat, selain itu babi setimpal sumber daging yng Amat efisien menjadikan arti ekonominya menjdai ternak potong Amat tinggi. Potensi ternak babi di Sumatera Utara pada tahun 2001 sebanyk 847.375 ekor, dilihat selagi populasi yng terdapat di propinsi yang telah di sebutkan maka masih terbuka kesempatan investasi paruh atau bisa juga dikatakan kepada budidaya ternak babi di propinsi itu sebanyk 40.000 ekor. Oleh lantaran itu enggak sekelumit penduduk Sumatera Utara yng beternak babi baik secara intensif maupun semi intensif menjdai bisnis intern pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Yusdja serta Pandangan anyar, 2006). Babi setimpal ternak omnivora monogastrik yakni ternak pemakan seluruh pakan serta menyandang satu perut besar yng simpel (Sihombing, 2006). Ternak babi setimpal satu dari sekian banyaknya dari sekian jenis ternak yng menyandang potensi menjdai suatu sumber protein hewani yang dengannya sifat-sifat yng dimiliki yakni prolifik (menyimpan enggak sekelumit putra setiap kelahiran), efisien intern mengkonversi bahan makanan bagaikan daging serta menyandang daging yang dengannya persentase karkas yng tinggi (Siagian, 1999). Bangsa ternak babi yng telah dikenal serta enggak sekelumit dikembangkan, yakni Yorkshire, Landrace, Duroc, Hampshire, serta Berkshire. Bangsa ternak babi merupakan sumber genetik yng tersedia paruh peternak. Hampir seluruh ternak babi yng dikembangkan saat ini ini setimpal bangsa babi hasil persilangan (Siagian, 1999). Bisnis peternakan babi hendak bisa mendatangkan keuntungan ekonomi andaikan dikembangkan yang dengannya serius. Pendapat dari Sihombing (2006), dua syarat yng Perlu dipenuhi intern mengawali bisnis ternak babi, merupakan pengadaan makanan yng cukup serta tempat pemasaran yng dekat. Varietas babi yng diketahui sebanyk 312 hendak tetapi cuma 87 yng resmi diakui menjdai bangsa babi (recognized breeds) serta yng 255 lagi belum dianggap menjdai yng resmi. Tiap varietas maupun bangsa babi ini menyimpan ciri-ciri khas serta sebagian diantaranya masih menempati geografis tertentu (Sihombing, 1997). Pemeliharaan ternak babi memerlukan biaya yng cukup besar kian-kian intern hal pemberian makanan. Biaya ongkos makan menduduki tempat tertinggi dari ongkos produksi total yng kadang-kadang mencapai 80%. Hal ini penyebabnya yaitu oleh babi tumbuh begitu cepat menjadikan keperluan hendak makanan Amat tinggi. Misalnya saja paruh atau bisa juga dikatakan kepada kategori putra anyar lahir sampai dipasarkan, pada waktu babi lahir beratnya 1,4 kg (berat lahir 1,0-1,5 kg) serta mencapai 163 kg sesudah 18 bulan (Williamson serta Payne, 1993). Ternak babi setimpal satu dari sekian banyaknya sumber daging serta paruh atau bisa juga dikatakan kepada pemenuhan yng Amat efisien diantara ternak-ternak yng lain, menjadikan arti ekonomi menjdai ternak potong cukup tinggi: Babi menyimpan konversi pakan yng cukup tinggi. Ternak babi Amat peridi (profilik), satu kali beranak bisa melahirkan 6-12 ekor, serta satu ekor babi bisa beranak dua kali intern setahun. Presentase karkas cukup tinggi, bisa mencapai 65-80%, sedangkan domba serta kambing 45-50% serta kerbau 38%. Kandungan lemak babi cukup tinggi, yang dengannya demikian kadar energinya pun kian tinggi. Ternak babi Amat efisien intern megubah sisa pakan serta hasil ikutan pertanian, pabrik serta lain-lainnya. Ternak babi gampang mengikuti keadaan terhadapsistem pemakaian perangkat-perangkat perlengkapan sangkar (Sihombing, 2006). Blakely serta Bade (1998) menyatakan bahwasanya bobot potong yng paling disukai oleh para pengusaha era ini sudah berganti dari bobot potong optimal sebelumnya sebesar 90-100 kg bagaikan 100-115 kg. Alasan utama perubahan ini merupakan lantaran menyangkut efisiensi serta keseringan yang dibuat-yang dibuat olahan daging yng mempergunakan karkas yng kian berat. Pada biasanya tenaga kerja pada industri kecil menyandang kelemahan pada pengetahuan serta ketrampilan yng rendah, menjadikan mengalami kesulitan intern menciptakan motif serta hiasan anyar intern menghasilkan yang dibuat, serta cuma mengandalkan pengalaman kerja menjadikan bisa menghambat perkembangan industri kecil (Depdikbud, 1992). Peningkatan besar bisnis ataupun jumlah ternak yng dipelihara, biasanya para peternak diperhadapkan yang dengannya aneka macam kendala. Hal ini kian-kian terbatasnya modal paruh atau bisa juga dikatakan kepada biaya produksi disamping pemasaran yang dibuat ternak serta penguasaan keterampilan beternak yng profesional (Rahardi et al., 1999). Modal setimpal bentuk kekayaan baik berupa uang maupun barang yng dipakai paruh atau bisa juga dikatakan kepada menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tak langsung intern proses produksi. Penerimaan merupakan perkalian celah produksi yng diperoleh yang dengannya harga jual. Keuntungan, merupakan selisih penerimaan serta seluruh biaya (Soekartawi, 2006). Laju perkembangan serta berhasil ataupun gagalnya bisnis peternakan babi dipengaruhi oleh aneka macam faktor yng bersifat dinamis. Hasil pengamatan ditentukan aspek penentu, yakni tipe serta pola bisnis yng meliputi, skala bisnis, kondisi serta kemampuan sumber daya produksi, tipe, ukuran, serta kondisi perkembangan serta fasilitasnya, keadaan pasar serta transportasi, besar modal, kecepatan perputaran modal, serta tingkat pembeliannya, stabilisasi permintaan, selera serta preferensi masyarakat hendak tipe yang dibuat yng diperoleh serta kondisi ekonomi, jenis serta jumlah makanan yng tersedia, efisiensi ternak intern merubah makanan bagaikan yang dibuat daging (Aritonang, 1997). C. Analisis Bisnis Bisnis ternak setimpal suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, serta modal paruh atau bisa juga dikatakan kepada menghasilkan yang dibuat peternakan. Kesuksesan bisnis ternak sapi bergantung pada tiga unsur, yakni bibit, pakan, serta manajemen ataupun pengolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan serta kebugaran atau kesehatan ternak. Manajemen pun mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran serta pengaturan tenaga kerja (Abidin, 2002). Metode Suatu bisnis dasarnya memang selalu diarahkan paruh atau bisa juga dikatakan kepada memperoleh keuntungan ataupun laba. Keuntungan setimpal selisih celah penerimaan serta biaya produksi. Biaya produksi merupakan nilai dari seluruh korbanan ekonomi yng bisa diperkirakan serta bisa diukur paruh atau bisa juga dikatakan kepada menghasilkan suatu yang dibuat (Rodjak, 2006). R/C ratio merupakan perangkat analisis paruh atau bisa juga dikatakan kepada melihat keuntungan relatif suatu bisnis terhadap biaya yng dipakai intern kegiatan yang telah di sebutkan. Suatu bisnis dikatakan layak andai nilai R/C kian besar dari 1. Makin tinggi nilai R/C, maka tingkat keuntungan suatu bisnis makin tinggi (Mahyuddin, 2009). Analisis bisnis mutlak di lakukan bila seseorang hendak mengawali bisnis. Analisis bisnis di lakukan paruh atau bisa juga dikatakan kepada mengukur ataupun menghitung apakah bisnis yang telah di sebutkan menguntungkan ataupun merugikan. Analisis bisnis memberikan gambaran kepada peternak paruh atau bisa juga dikatakan kepada melakukan perencanaan bisnis. Dalam analisis bisnis dibutuhkan sebagian asumsi dasar. Asumsi dasar bisa berganti sesuai yang dengannya perkembangan waktu (Supriadi, 2009). Pendapat dari Suharno serta Nazaruddin (1994) gambaran mengenai bisnis ternak yng menyimpan prospek cerah bisa dilihat dari analisis usahanya. Analisis bisa pun memberikan berita lengkap perihal modal yng dibutuhkan, penggunaan modal, besar biaya paruh atau bisa juga dikatakan kepada bibit (bakalan), ransum serta sangkar, lamanya modal kembali serta tingkat keuntungan yng diperoleh.
III. MATERI DAN METODE A. Materi Praktikum Materi yng dipakai intern praktikum Pengelolaan Bisnis Peternakan dipeternak babi ini merupakan: 1. Alat Tulis 2. Buku / Kertas 3. Kamera 4. Narasumber B. Waktu serta Tempat Praktikum Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 10 Mei 2014 di peternak babi yng beralamat di Desa Kanten, Sroyo, Karanganyar. C. Jenis Data Data yng dipakai intern praktikum Pengelolaan Bisnis Peternakan ini merupakan data primer. Data Primer setimpal data yng diperoleh secara langsung dari narasumber. Teknik yng bisa dipakai paruh atau bisa juga dikatakan kepada mengumpulkan data primer celah lain wawancara, observasi, diskusi terfokus serta survey. Data yng dipakai intern laporan ini diperoleh dari: 1. Wawancara yakni dialog serta tanya jawab yang dengannya narasumber (manajer/pengelola/pemilik) mengenai analisis finansial peternakan Babi Bapak Kuncoro. 2. Observasi yakni pengenalan langsung perihal lokasi pelaksanaan kegiatan paruh atau bisa juga dikatakan kepada mendapatkan gambaran kian terperinci mengenai aspek finansial peternakan babi Bapak Kuncoro. 3. Pencatatan data-data dari sumber yng bisa dipertanggung jawabkan serta mendukung kegiatan praktik di lapangan. 4. Studi Pustaka, yakni kegiatan yng setimpal pelengkap serta pembanding intern pemecahan masalah yng dibahas. D. Metode Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan yang dengannya jalan terjun langsung kelapangan intern mencari data yng dibutuhkan (bisnis peternakan Babi), yakni yang dengannya cara wawancara, observasi, pencatatan serta pendokumentasian.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pemaparan 1. Identitas Responden a. Nama : Kuncoro b. Umur : 69 Tahun c. Pendidikan Akhir : SMP d. Pengalaman Beternak : 12 tahun (meneruskan usaha keluarga) e. Juml. Tanggungan kel. : 5 f. Alamat :Desa Kanten, Sroyo, Kebakkramat, Karanganyar. Pemilik peternakan babi ini bernama Bapak Kuncoro serta peternakannya diberi nama Kc Farm. Bapak Kuncoro berusia 69 tahun serta menyimpan keluarga yang dengannya 1 orang istri serta 3 orang putra. Pendidikan yang terakhir Bapak Kuncoro merupakan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bapak Kuncoro mendirikan bisnis peternakan babi di desa Kanten, Sroyo, Kebakkramat, Karanganyar. Peternakan ini telah berdiri sejak tahun 1992 tepatnya 12 tahun lalu yng pertama mendirikan merupakan ayah dari Bapak Kuncoro. Pendapat dari Bunter serta Bennett (2004) babi setimpal satu dari sekian banyaknya komoditas ternak penghasil daging. Babi menyimpan sifat-sifat serta kemampuan yng menguntungkan celah lain merupakan menyimpan laju pertumbuhan yng cukup cepat serta pun menyimpan jumlah putra per kelahiran (litter size) yng tinggi. Menjadikan, andai dilihat dari keunggulan-kelebihannya yang telah di sebutkan maka babi menyimpan potensi besar paruh atau bisa juga dikatakan kepada dikembangkan menjdai penghasil daging. Hal ini percis semisal alasan Pak Kuncoro intern mendirikan peternakan babi, yakni paruh atau bisa juga dikatakan kepada memperoleh keuntungan yng besar. 2. Status Bisnis Status bisnis peternakan babi yng dimiliki Bapak Kuncoro ataupun Kc Farm merupakan milik sendiri. Bisnis yang telah di sebutkan setimpal usaha keluarga yng didirikan sejak tahun 1992. Hingga era ini menyimpan babi sejumlah 400 ekor. Babi yng ada di peternakan yang telah di sebutkan terdiri dari 10 ekor pejantan, 60 ekor induk serta 330 putra babi. Pejantan yng dipakai, yakni yorkshire serta betina, yakni landrace. 3. Manajemen Permodalan serta Pemasaran Pendapat dari Soekarwati (2005), modal setimpal bentuk kekayaan baik berupa uang maupun barang yng dipakai paruh atau bisa juga dikatakan kepada menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tak langsung intern proses produksi. Modal tetap intern bisnis ternak babi ini meliputi lahan, pembuatan sangkar serta perlengkapan sangkar. Sedangkan modal tak tetap meliputi pakan, listrik, gaji tenaga kerja, obat-obatan, serta bahan bakar minyak. Bisnis peternakan milik Pak Kuncoro pada periode tahun 2013-2014 sesudah melakukan analisis bisnis memperoleh total peneriman sebesar Rp. 372.222.000,-/tahun. Penerimaan merupakan perkalian celah produksi yng diperoleh yang dengannya harga jual (Soekartawi, 2006). Total penerimaan yang telah di sebutkan diperoleh dari kenaikan nilai ternak, ditambahkan yang dengannya penjuala babi pada periode ini sebanyk 10 ekor serta dikurangi yang dengannya babi yng mati pada tahun ini. Pengeluaran yng di lakukan oleh Bapak Kuncoro, yakni sebesar Rp.174.175.000,-/tahun pengeluaran yang telah di sebutkan diantaranya, yakni penyusutan, bunga modal, tenaga kerja, pakan ternak, serta obat-obatan. Biaya produksi intern pengertian ekonomi produksi dibagi bagi biaya tetap serta biaya tak tetap. Biaya tetap setimpal biaya yng Perlu dikeluarkan ada ataupun tak ada ternakdi sangkar, biaya ini Perlu tetap keluar. Pendapat dari Rodjak (2006), biaya produksi merupakan nilai dari seluruh korbanan ekonomi yng bisa diperkirakan serta bisa diukur paruh atau bisa juga dikatakan kepada menghasilkan suatu yang dibuat. Misalnya : gaji pekerja bulanan, penyusutan, bunga bagi modal, pajak bumi serta bangunan, serta lain-lain. Sedangkan biaya tak tetap merupakan biaya yng dikeluarkan berhubungan yang dengannya jumlah produksi dari ternak yng diperoleh (Rasyaf, 1995). Biaya tetap yng di keluarkan Bapak Kuncoro pada bisnis peternakan babi ini yakni gaji pekerja harian sebesar Rp 30.000,- penyusutan sebesar Rp 2.750.000, bunga bagi modal sebesar Rp 2.025.000. 4. Pendapatan Bersih Pendapatan bersih Peternakan babi ini sebesar Rp 198.047.000,-/tahun yng diperoleh dari total penerimaan di kurangi total biaya. Total penerimaan sendiri, yakni sebesar Rp 372.222.000 serta total biaya, yakni sebesar Rp 174.175.000 Hal ini sesuai yang dengannya Soekartawi (2006) dibukunya menyatakan bahwasanya keuntungan merupakan selisih penerimaan serta seluruh biaya. 5. Efisiensi Ekonomi R/C ratio merupakan perangkat analisis paruh atau bisa juga dikatakan kepada melihat keuntungan relatif suatu bisnis terhadap biaya yng dipakai intern kegiatan yang telah di sebutkan. Suatu bisnis dikatakan layak andai nilai R/C kian besar dari 1. Makin tinggi nilai R/C, maka tingkat keuntungan suatu bisnis makin tinggi (Mahyuddin, 2009). Efisiensi ekonomi yng diperoleh dari total penerimaan yng dibagi yang dengannya total biaya di Peternakan babi yakni 2,137. Hal ini menunjukan bahwasanya bisnis ternak babi milik pak Kuncoro ini menguntungkan. 6. Efisiensi Kerja Efisiensi kerja merupakan total penerimaan dibagi yang dengannya pencurahan kerja (Dinas Pendidikan, 2007). Peternakan babi Bapak Kuncoro menyimpan Efisiensi kerja sebesar Rp 203.957.26 /jam/TK SP/tahun. Efisiensi yang telah di sebutkan didapat perhitungan dari Total Penerimaan yng didapat dibagi yang dengannya Pencurahan kerja. Total Penerimaan sebesar Rp 372.222.000,- sedangkan pencurahan kerja, yakni 1825 jam/ TK SP. Menjadikan didapat Efisiensi kerja Rp 203.957,26 /jam/TK SP/ Tahunan. 7. Kendala Setiap bisnis yng dijalankan pasti menyimpan kendala. Kendala yng ada di peternakan babi milik bapak Kuncoro merupakan tak menentunya harga babi ataupun harga babi selalu naik turun. Selain harga babi yng selalu mengalami naik turun, kendala penyakit mewabah yng tiba-tiba muncul di wilayah yang telah di sebutkan. Pendapat dari Williamson serta Payne (1993), pemeliharaan ternak babi memerlukan biaya yng cukup besar kian-kian intern hal pemberian makanan. Peningkatan besar bisnis ataupun jumlah ternak yng dipelihara, biasanya para peternak diperhadapkan yang dengannya aneka macam kendala. Hal ini kian-kian terbatasnya modal paruh atau bisa juga dikatakan kepada biaya produksi disamping pemasaran yang dibuat ternak serta penguasaan keterampilan beternak yng profesional (Rahardi, dkk. 1999). Hal yang telah di sebutkan yng bagaikan kendala pada bisnis peternakan Bapak Kuncoro era ini.
V. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Jumlah ternak babi yng dimiliki merupakan 400 ekor. Terdiri dari 10 ekor jantan, 50 ekor betina, serta 330 ekor putra babi. 2. Total pendapatan bersih di peternakan babi Pak Kuncoro adalaah sebesar Rp 198.047.000,-per tahun. 3. Nilai Efisiensi ekonomi sebesar 2,137 yng menunjukan bahwasanya bisnis yang telah di sebutkan menguntungkan serta efisiensi kerja sebesar Rp 203.957,26,-. 4. Kendala yng dihadapi, yakni naik turunnya harga babi serta penyakit tahunan yng tiba-tiba menyerang serta mematikan. B. Saran Saran paruh atau bisa juga dikatakan kepada peternakan babi Pak Kuncoro, yakni kian diperhatikan lagi perihal kebugaran atau kesehatan, keamanan, serta kualitas ternak babi agar menghasilkan yang dibuat yng menyimpan kualitas serta mampu bersaing paruh atau bisa juga dikatakan kepada bagaikan peternakan yng kian besar serta berkembang. Mempergunakan serta memanfaatkan lahan serta pun limbah darri peternakan yang telah di sebutkan agar berharga ekonomis serta menguntungkan pemilik serta lingkungan seputar.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. PT.Agro Media Pustaka. Jakarta. Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Bisnis Tani. Penerbit Universitas Padjajaran. Bandung. Blakely, J. serta D.H Bade 1998. Ilmu peternakan. Cetakan keempat. Terjemahan: B. Srigandono. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Bunter danBennet. 2004. Animal Science and Industry. Cetakan keempat. Prentice Hall, Inc.New Yersey. Mahyuddin. 2009. Analisis Profitabilitas, Rentabilitas, Break Even Point, serta Pay Back Periode Pada Bisnis Pembibitan Sapi Potong. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Rodjak. 2006. Analis Bisnis Ternak Babi. Cetakankedua. Gramedia Pustaka. Jakarta. Saragih. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. USESE Foundation serta Pusdi Pembangunan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Setiawan, T. serta Arsa, T. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Penebar Swadaya. Jakarta. Siagian, P. H. 1999. Manajemen Ternak Babi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sihombing. 2006. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Ekonomi :Teori serta Aplikasinya. CV. Raja Grafindo. Jakarta. Soekartawi. 2006. Analisis Bisnis tani. Universitas Indonesia. Jakarta. Suharno serta Nazaruddin. 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Supriyadi. 2009. Analisis Bisnis Itik. Gramedia. Jakarta. Yusdja serta Pandangan anyar. 2006. Arah Kebijakan Pembangunan Peternakan Rakyat. Analisis Kebijakan Pertanian.Volume 4. Nomor 1, Maret 2006 Pusat Analisis Sosial Ekonomi serta Kebijakan Pertanian. Bogor.
Taktik pembangunan peternakan menyandang prospek yng baik dimasa depan, kaena permintaan bahan-bahan yng berawal dari ternak hendak terus meningkat seiring yang dengannya permintaan jumlah penduduk, pendapatan serta kesadaran masyarakat paruh atau bisa juga dikatakan kepada mengkonsumsi pangan bergizi tinggi menjdai pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk (Santosa, 1997). Pembangunan serta pengembangan yang telah di sebutkan diantaranya, yakni meliputi pembangunan dibidang pertanian, menjdai semisal, yakni pembangunan dibidang peternakan. Tidak sekelumit peternakan di pedesaan yng memperhatikan masalah pertumbuhan ternak serta mengabaikan masalah ekonomi perusahaan, satu dari sekian banyaknya bisnis peternak yng di lakukan oleh masyarakat di pedesaan di daerah Kebakkramat merupakan beternak babi, yng berbentuk bisnis peternakan rakyat. Babi merupakan ternak mamalia yng menghasilkan putra intern jumlah yng besar (litter size) yang dengannya selang kelahiran yng kian singkat dibandingkan domba, sapi, kerbau serta kuda. Babi salah satunya hewan Ungulata yng bermoncong panjang serta berhidung lemper serta setimpal hewan yng aslinya berawal dari Eurasia. Berkaitan yang dengannya hal yang telah di sebutkan maka butuh di lakukan praktikum Pengelolaan Bisnis Peternakan mengenai Bisnis Tani Ternak Babi. Hal ini paruh atau bisa juga dikatakan kepada mengidentifikasi pola pengembangan peternakan rakyat yng menyandang skala bisnis yng ekonomis serta mampu memberikan kontribusi pendapatan keluarga yng cukup memadai, mengarah pada pengembangan agribisnis peternakan, bukan cuma menjdai bisnis sampingan. Bisnis ternak rakyat diharapkan bagaikan pendapatan utama rakyat peternak serta bisa memenuhi kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga peternak, semisal pada kegiatan ekoonomi keluarga lain-lainnya serta malah mengarah pada bisnis peternakan keluarga.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Bisnis Peternakan Pengelolaan bisnis tani pada hakikatnya hendak dipengaruhi oleh perilaku petani yng mengusahakan. Perilaku yang telah di sebutkan bergantung dari enggak sekelumit faktor diantaranya: watak, suku serta kebangsaan dari petani itu sendiri, tingkat kebudayaan bangsa serta masyarakatnya, serta pun dari kebijaksanaan pemerintah (Tohir, 1991). Ternak menjdai komoditas, sekelompok ternak yng diperoleh dari turunan ternak sumberdaya lewat suatu perkawinan tertentu ataupun kelompok ternak yng sudah terpilih lewat satu jalur perkawinan tertentu ataupun seleksi genetis tertentu didasari ciri-ciri karakteristk yng diunggulkan. Ternak komoditas berfungsi menghasilkan bakalan unggul. Semisal kelompok ini merupakan ayam ras GPS (Grand Parent Stock). Ternak menjdai penghasil yang dibuat merupakan kelompok ternak yng berfungsi menghasilkan daging, susu, telur secara efisien. Semisal kelompok ini merupakan sapi bakalan impor, ayam ras pedaging, ayam petelur serta lain-lain (Yusdja serta Pandangan anyar, 2006). Bisnis tani merupakan kegiatan bisnis kita-kita paruh atau bisa juga dikatakan kepada mengusahakan tanahnya yang dengannya maksud paruh atau bisa juga dikatakan kepada mendapatkan hasil tanaman ataupun hewan tanpa menghasilkan berkurangnya kemampuan tanah yng bersangkutan paruh atau bisa juga dikatakan kepada mendapatkan hasil selanjutnya (Adiwilaga, 1982). Usahatani merupakan kegiatan mengorganisasikan ataupun mengelola aset serta cara intern pertanian. Usahatani pun bisa diartikan menjdai suatu kegiatan yng mengorganisasi sarana produksi pertanian serta teknologi intern suatu bisnis yng menyangkut bidang pertanian (Moehar, 2001). Tujuan utama dari bisnis ternak merupakan memperoleh keuntungan yng sebesar-besarnya, baik berupa uang maupun berwujud hasil. Bisnis ternak mampu digolongkan bagaikan dua: Hasil Pokok, yakni bisa berupa makanan semisal : daging, susu, serta telur. Berupa tenaga kerja semisal tenaga kerbau intern membajak. Hasil Ikutan (by product), pada biasanya, dari bisnis ternak, kecuali memberikan hasil utama, pun memberikan hasil sampingnya yng mampu dimanfaatkan celah lain: Pupuk, dari hewan ternak menyusui serta unggas bisa diperoleh kotorannya yng Amat besar manfaatnya paruh bisnis pertanian. Kulit paruh atau bisa juga dikatakan kepada sepatu, tas, perangkat musik serta wayang. Tangkai tanduk dipakai paruh atau bisa juga dikatakan kepada tangkai kipas, tangkai wayang, sisir, kancing pakaian serta masih enggak sekelumit lagi. Tulang, bisa dipakai menjdai tepung tulang yng dipakai menjdai pakan ayam serta babi (Sihombing, 2006). Faktor-faktor produksi intern usahatani terdiri bagi empat unsur pokok, yakni tanah, tenaga kerja, modal, serta pengelolaan. Keempat faktor produksi yang telah di sebutkan intern usahatani menyandang kedudukan yng percis pentingnya (Hernanto, 1988). Pendapat dari Saragih (2000), didasari corak bisnis tani, kegiatan bisnis ternak di Indonesia, sudah berkembang 4 tipologi bisnis, yakni : Bisnis tani ternak menjdai bisnis sambilan, yakni petani ternak mengusahakan macam-macam komoditi kian-kian tanaman pangan, dimana ternak menjdai bisnis sambilan paruh atau bisa juga dikatakan kepada mencukupi kebutuhan sendiri yang dengannya tingkat pendapatan dari bisnis tani ternak enggak kian dari 30%. Bisnis tani ternak menjdai cabang bisnis, yakni petani ternak mengusahakan pertanian campuran (mixed farming) yang dengannya ternak menjdai cabang bisnis tani yang dengannya tingkat pendapatan serta budidaya ternak 30-70% (semi komersial). Bisnis tani ternak menjdai bisnis pokok, yakni petani ternak mengusahakan ternak menjdai bisnis sambilan (single commodity) yang dengannya tingkat pendapatan dari ternak seputar 70-100%. Bisnis tani ternak menjdai bisnis industri, yakni peternak mengusahakan ternak menjdai industri komoditas ternak secara khusus (specialized farming) yang dengannya tingkat pendapatan 100% dari bisnis ternak pilihan. Aritonang (1993) berpendapat bahwasanya corak usahatani yng sub-sistem biasanya menerapkan pola pe-nanganan ternak yng bersifat tradisional (penerapan teknologi yng rendah) yang dengannya skala bisnis yng kecil. Makin besar skala bisnis, tujuan ekonomi makin menonjol sehing-ga prinsip ekonomi intensif diperhatikan B. Bisnis Ternak Babi Pendapat dari Bunter serta Bennett (2004) babi setimpal satu dari sekian banyaknya komoditas ternak penghasil daging. Babi menyimpan sifat-sifat serta kemampuan yng menguntungkan celah laina dalah menyimpan laju pertumbuhan yng cukup cepat serta pun menyimpan jumlah putra per kelahiran (litter size) yng tinggi. Menjadikan, andai dilihat dari keunggulan-kelebihannya yang telah di sebutkan maka babi menyimpan potensi besar paruh atau bisa juga dikatakan kepada dikembangkan menjdai penghasil daging. Ternak babi setimpal ternak pemakan butir-butiran serta hijauan, salah satunya hewan profolik lantaran cepat sekali berkembang. Ternak ini secara komersil enggak sekelumit diusahakan di Sumatera Utara, Jawa Tengah serta sebagian provinsi lain-lainnya. Amat disayangkan data statistik babi tak membedakan jenis babi lokal serta babi hybrid. Babi setimpal ternak yng menyandang daya pertumbuhan serta perkembangan yng relatif pesat, selain itu babi setimpal sumber daging yng Amat efisien menjadikan arti ekonominya menjdai ternak potong Amat tinggi. Potensi ternak babi di Sumatera Utara pada tahun 2001 sebanyk 847.375 ekor, dilihat selagi populasi yng terdapat di propinsi yang telah di sebutkan maka masih terbuka kesempatan investasi paruh atau bisa juga dikatakan kepada budidaya ternak babi di propinsi itu sebanyk 40.000 ekor. Oleh lantaran itu enggak sekelumit penduduk Sumatera Utara yng beternak babi baik secara intensif maupun semi intensif menjdai bisnis intern pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Yusdja serta Pandangan anyar, 2006). Babi setimpal ternak omnivora monogastrik yakni ternak pemakan seluruh pakan serta menyandang satu perut besar yng simpel (Sihombing, 2006). Ternak babi setimpal satu dari sekian banyaknya dari sekian jenis ternak yng menyandang potensi menjdai suatu sumber protein hewani yang dengannya sifat-sifat yng dimiliki yakni prolifik (menyimpan enggak sekelumit putra setiap kelahiran), efisien intern mengkonversi bahan makanan bagaikan daging serta menyandang daging yang dengannya persentase karkas yng tinggi (Siagian, 1999). Bangsa ternak babi yng telah dikenal serta enggak sekelumit dikembangkan, yakni Yorkshire, Landrace, Duroc, Hampshire, serta Berkshire. Bangsa ternak babi merupakan sumber genetik yng tersedia paruh peternak. Hampir seluruh ternak babi yng dikembangkan saat ini ini setimpal bangsa babi hasil persilangan (Siagian, 1999). Bisnis peternakan babi hendak bisa mendatangkan keuntungan ekonomi andaikan dikembangkan yang dengannya serius. Pendapat dari Sihombing (2006), dua syarat yng Perlu dipenuhi intern mengawali bisnis ternak babi, merupakan pengadaan makanan yng cukup serta tempat pemasaran yng dekat. Varietas babi yng diketahui sebanyk 312 hendak tetapi cuma 87 yng resmi diakui menjdai bangsa babi (recognized breeds) serta yng 255 lagi belum dianggap menjdai yng resmi. Tiap varietas maupun bangsa babi ini menyimpan ciri-ciri khas serta sebagian diantaranya masih menempati geografis tertentu (Sihombing, 1997). Pemeliharaan ternak babi memerlukan biaya yng cukup besar kian-kian intern hal pemberian makanan. Biaya ongkos makan menduduki tempat tertinggi dari ongkos produksi total yng kadang-kadang mencapai 80%. Hal ini penyebabnya yaitu oleh babi tumbuh begitu cepat menjadikan keperluan hendak makanan Amat tinggi. Misalnya saja paruh atau bisa juga dikatakan kepada kategori putra anyar lahir sampai dipasarkan, pada waktu babi lahir beratnya 1,4 kg (berat lahir 1,0-1,5 kg) serta mencapai 163 kg sesudah 18 bulan (Williamson serta Payne, 1993). Ternak babi setimpal satu dari sekian banyaknya sumber daging serta paruh atau bisa juga dikatakan kepada pemenuhan yng Amat efisien diantara ternak-ternak yng lain, menjadikan arti ekonomi menjdai ternak potong cukup tinggi: Babi menyimpan konversi pakan yng cukup tinggi. Ternak babi Amat peridi (profilik), satu kali beranak bisa melahirkan 6-12 ekor, serta satu ekor babi bisa beranak dua kali intern setahun. Presentase karkas cukup tinggi, bisa mencapai 65-80%, sedangkan domba serta kambing 45-50% serta kerbau 38%. Kandungan lemak babi cukup tinggi, yang dengannya demikian kadar energinya pun kian tinggi. Ternak babi Amat efisien intern megubah sisa pakan serta hasil ikutan pertanian, pabrik serta lain-lainnya. Ternak babi gampang mengikuti keadaan terhadapsistem pemakaian perangkat-perangkat perlengkapan sangkar (Sihombing, 2006). Blakely serta Bade (1998) menyatakan bahwasanya bobot potong yng paling disukai oleh para pengusaha era ini sudah berganti dari bobot potong optimal sebelumnya sebesar 90-100 kg bagaikan 100-115 kg. Alasan utama perubahan ini merupakan lantaran menyangkut efisiensi serta keseringan yang dibuat-yang dibuat olahan daging yng mempergunakan karkas yng kian berat. Pada biasanya tenaga kerja pada industri kecil menyandang kelemahan pada pengetahuan serta ketrampilan yng rendah, menjadikan mengalami kesulitan intern menciptakan motif serta hiasan anyar intern menghasilkan yang dibuat, serta cuma mengandalkan pengalaman kerja menjadikan bisa menghambat perkembangan industri kecil (Depdikbud, 1992). Peningkatan besar bisnis ataupun jumlah ternak yng dipelihara, biasanya para peternak diperhadapkan yang dengannya aneka macam kendala. Hal ini kian-kian terbatasnya modal paruh atau bisa juga dikatakan kepada biaya produksi disamping pemasaran yang dibuat ternak serta penguasaan keterampilan beternak yng profesional (Rahardi et al., 1999). Modal setimpal bentuk kekayaan baik berupa uang maupun barang yng dipakai paruh atau bisa juga dikatakan kepada menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tak langsung intern proses produksi. Penerimaan merupakan perkalian celah produksi yng diperoleh yang dengannya harga jual. Keuntungan, merupakan selisih penerimaan serta seluruh biaya (Soekartawi, 2006). Laju perkembangan serta berhasil ataupun gagalnya bisnis peternakan babi dipengaruhi oleh aneka macam faktor yng bersifat dinamis. Hasil pengamatan ditentukan aspek penentu, yakni tipe serta pola bisnis yng meliputi, skala bisnis, kondisi serta kemampuan sumber daya produksi, tipe, ukuran, serta kondisi perkembangan serta fasilitasnya, keadaan pasar serta transportasi, besar modal, kecepatan perputaran modal, serta tingkat pembeliannya, stabilisasi permintaan, selera serta preferensi masyarakat hendak tipe yang dibuat yng diperoleh serta kondisi ekonomi, jenis serta jumlah makanan yng tersedia, efisiensi ternak intern merubah makanan bagaikan yang dibuat daging (Aritonang, 1997). C. Analisis Bisnis Bisnis ternak setimpal suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, serta modal paruh atau bisa juga dikatakan kepada menghasilkan yang dibuat peternakan. Kesuksesan bisnis ternak sapi bergantung pada tiga unsur, yakni bibit, pakan, serta manajemen ataupun pengolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan serta kebugaran atau kesehatan ternak. Manajemen pun mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran serta pengaturan tenaga kerja (Abidin, 2002). Metode Suatu bisnis dasarnya memang selalu diarahkan paruh atau bisa juga dikatakan kepada memperoleh keuntungan ataupun laba. Keuntungan setimpal selisih celah penerimaan serta biaya produksi. Biaya produksi merupakan nilai dari seluruh korbanan ekonomi yng bisa diperkirakan serta bisa diukur paruh atau bisa juga dikatakan kepada menghasilkan suatu yang dibuat (Rodjak, 2006). R/C ratio merupakan perangkat analisis paruh atau bisa juga dikatakan kepada melihat keuntungan relatif suatu bisnis terhadap biaya yng dipakai intern kegiatan yang telah di sebutkan. Suatu bisnis dikatakan layak andai nilai R/C kian besar dari 1. Makin tinggi nilai R/C, maka tingkat keuntungan suatu bisnis makin tinggi (Mahyuddin, 2009). Analisis bisnis mutlak di lakukan bila seseorang hendak mengawali bisnis. Analisis bisnis di lakukan paruh atau bisa juga dikatakan kepada mengukur ataupun menghitung apakah bisnis yang telah di sebutkan menguntungkan ataupun merugikan. Analisis bisnis memberikan gambaran kepada peternak paruh atau bisa juga dikatakan kepada melakukan perencanaan bisnis. Dalam analisis bisnis dibutuhkan sebagian asumsi dasar. Asumsi dasar bisa berganti sesuai yang dengannya perkembangan waktu (Supriadi, 2009). Pendapat dari Suharno serta Nazaruddin (1994) gambaran mengenai bisnis ternak yng menyimpan prospek cerah bisa dilihat dari analisis usahanya. Analisis bisa pun memberikan berita lengkap perihal modal yng dibutuhkan, penggunaan modal, besar biaya paruh atau bisa juga dikatakan kepada bibit (bakalan), ransum serta sangkar, lamanya modal kembali serta tingkat keuntungan yng diperoleh.
III. MATERI DAN METODE A. Materi Praktikum Materi yng dipakai intern praktikum Pengelolaan Bisnis Peternakan dipeternak babi ini merupakan: 1. Alat Tulis 2. Buku / Kertas 3. Kamera 4. Narasumber B. Waktu serta Tempat Praktikum Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 10 Mei 2014 di peternak babi yng beralamat di Desa Kanten, Sroyo, Karanganyar. C. Jenis Data Data yng dipakai intern praktikum Pengelolaan Bisnis Peternakan ini merupakan data primer. Data Primer setimpal data yng diperoleh secara langsung dari narasumber. Teknik yng bisa dipakai paruh atau bisa juga dikatakan kepada mengumpulkan data primer celah lain wawancara, observasi, diskusi terfokus serta survey. Data yng dipakai intern laporan ini diperoleh dari: 1. Wawancara yakni dialog serta tanya jawab yang dengannya narasumber (manajer/pengelola/pemilik) mengenai analisis finansial peternakan Babi Bapak Kuncoro. 2. Observasi yakni pengenalan langsung perihal lokasi pelaksanaan kegiatan paruh atau bisa juga dikatakan kepada mendapatkan gambaran kian terperinci mengenai aspek finansial peternakan babi Bapak Kuncoro. 3. Pencatatan data-data dari sumber yng bisa dipertanggung jawabkan serta mendukung kegiatan praktik di lapangan. 4. Studi Pustaka, yakni kegiatan yng setimpal pelengkap serta pembanding intern pemecahan masalah yng dibahas. D. Metode Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan yang dengannya jalan terjun langsung kelapangan intern mencari data yng dibutuhkan (bisnis peternakan Babi), yakni yang dengannya cara wawancara, observasi, pencatatan serta pendokumentasian.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pemaparan 1. Identitas Responden a. Nama : Kuncoro b. Umur : 69 Tahun c. Pendidikan Akhir : SMP d. Pengalaman Beternak : 12 tahun (meneruskan usaha keluarga) e. Juml. Tanggungan kel. : 5 f. Alamat :Desa Kanten, Sroyo, Kebakkramat, Karanganyar. Pemilik peternakan babi ini bernama Bapak Kuncoro serta peternakannya diberi nama Kc Farm. Bapak Kuncoro berusia 69 tahun serta menyimpan keluarga yang dengannya 1 orang istri serta 3 orang putra. Pendidikan yang terakhir Bapak Kuncoro merupakan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bapak Kuncoro mendirikan bisnis peternakan babi di desa Kanten, Sroyo, Kebakkramat, Karanganyar. Peternakan ini telah berdiri sejak tahun 1992 tepatnya 12 tahun lalu yng pertama mendirikan merupakan ayah dari Bapak Kuncoro. Pendapat dari Bunter serta Bennett (2004) babi setimpal satu dari sekian banyaknya komoditas ternak penghasil daging. Babi menyimpan sifat-sifat serta kemampuan yng menguntungkan celah lain merupakan menyimpan laju pertumbuhan yng cukup cepat serta pun menyimpan jumlah putra per kelahiran (litter size) yng tinggi. Menjadikan, andai dilihat dari keunggulan-kelebihannya yang telah di sebutkan maka babi menyimpan potensi besar paruh atau bisa juga dikatakan kepada dikembangkan menjdai penghasil daging. Hal ini percis semisal alasan Pak Kuncoro intern mendirikan peternakan babi, yakni paruh atau bisa juga dikatakan kepada memperoleh keuntungan yng besar. 2. Status Bisnis Status bisnis peternakan babi yng dimiliki Bapak Kuncoro ataupun Kc Farm merupakan milik sendiri. Bisnis yang telah di sebutkan setimpal usaha keluarga yng didirikan sejak tahun 1992. Hingga era ini menyimpan babi sejumlah 400 ekor. Babi yng ada di peternakan yang telah di sebutkan terdiri dari 10 ekor pejantan, 60 ekor induk serta 330 putra babi. Pejantan yng dipakai, yakni yorkshire serta betina, yakni landrace. 3. Manajemen Permodalan serta Pemasaran Pendapat dari Soekarwati (2005), modal setimpal bentuk kekayaan baik berupa uang maupun barang yng dipakai paruh atau bisa juga dikatakan kepada menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tak langsung intern proses produksi. Modal tetap intern bisnis ternak babi ini meliputi lahan, pembuatan sangkar serta perlengkapan sangkar. Sedangkan modal tak tetap meliputi pakan, listrik, gaji tenaga kerja, obat-obatan, serta bahan bakar minyak. Bisnis peternakan milik Pak Kuncoro pada periode tahun 2013-2014 sesudah melakukan analisis bisnis memperoleh total peneriman sebesar Rp. 372.222.000,-/tahun. Penerimaan merupakan perkalian celah produksi yng diperoleh yang dengannya harga jual (Soekartawi, 2006). Total penerimaan yang telah di sebutkan diperoleh dari kenaikan nilai ternak, ditambahkan yang dengannya penjuala babi pada periode ini sebanyk 10 ekor serta dikurangi yang dengannya babi yng mati pada tahun ini. Pengeluaran yng di lakukan oleh Bapak Kuncoro, yakni sebesar Rp.174.175.000,-/tahun pengeluaran yang telah di sebutkan diantaranya, yakni penyusutan, bunga modal, tenaga kerja, pakan ternak, serta obat-obatan. Biaya produksi intern pengertian ekonomi produksi dibagi bagi biaya tetap serta biaya tak tetap. Biaya tetap setimpal biaya yng Perlu dikeluarkan ada ataupun tak ada ternakdi sangkar, biaya ini Perlu tetap keluar. Pendapat dari Rodjak (2006), biaya produksi merupakan nilai dari seluruh korbanan ekonomi yng bisa diperkirakan serta bisa diukur paruh atau bisa juga dikatakan kepada menghasilkan suatu yang dibuat. Misalnya : gaji pekerja bulanan, penyusutan, bunga bagi modal, pajak bumi serta bangunan, serta lain-lain. Sedangkan biaya tak tetap merupakan biaya yng dikeluarkan berhubungan yang dengannya jumlah produksi dari ternak yng diperoleh (Rasyaf, 1995). Biaya tetap yng di keluarkan Bapak Kuncoro pada bisnis peternakan babi ini yakni gaji pekerja harian sebesar Rp 30.000,- penyusutan sebesar Rp 2.750.000, bunga bagi modal sebesar Rp 2.025.000. 4. Pendapatan Bersih Pendapatan bersih Peternakan babi ini sebesar Rp 198.047.000,-/tahun yng diperoleh dari total penerimaan di kurangi total biaya. Total penerimaan sendiri, yakni sebesar Rp 372.222.000 serta total biaya, yakni sebesar Rp 174.175.000 Hal ini sesuai yang dengannya Soekartawi (2006) dibukunya menyatakan bahwasanya keuntungan merupakan selisih penerimaan serta seluruh biaya. 5. Efisiensi Ekonomi R/C ratio merupakan perangkat analisis paruh atau bisa juga dikatakan kepada melihat keuntungan relatif suatu bisnis terhadap biaya yng dipakai intern kegiatan yang telah di sebutkan. Suatu bisnis dikatakan layak andai nilai R/C kian besar dari 1. Makin tinggi nilai R/C, maka tingkat keuntungan suatu bisnis makin tinggi (Mahyuddin, 2009). Efisiensi ekonomi yng diperoleh dari total penerimaan yng dibagi yang dengannya total biaya di Peternakan babi yakni 2,137. Hal ini menunjukan bahwasanya bisnis ternak babi milik pak Kuncoro ini menguntungkan. 6. Efisiensi Kerja Efisiensi kerja merupakan total penerimaan dibagi yang dengannya pencurahan kerja (Dinas Pendidikan, 2007). Peternakan babi Bapak Kuncoro menyimpan Efisiensi kerja sebesar Rp 203.957.26 /jam/TK SP/tahun. Efisiensi yang telah di sebutkan didapat perhitungan dari Total Penerimaan yng didapat dibagi yang dengannya Pencurahan kerja. Total Penerimaan sebesar Rp 372.222.000,- sedangkan pencurahan kerja, yakni 1825 jam/ TK SP. Menjadikan didapat Efisiensi kerja Rp 203.957,26 /jam/TK SP/ Tahunan. 7. Kendala Setiap bisnis yng dijalankan pasti menyimpan kendala. Kendala yng ada di peternakan babi milik bapak Kuncoro merupakan tak menentunya harga babi ataupun harga babi selalu naik turun. Selain harga babi yng selalu mengalami naik turun, kendala penyakit mewabah yng tiba-tiba muncul di wilayah yang telah di sebutkan. Pendapat dari Williamson serta Payne (1993), pemeliharaan ternak babi memerlukan biaya yng cukup besar kian-kian intern hal pemberian makanan. Peningkatan besar bisnis ataupun jumlah ternak yng dipelihara, biasanya para peternak diperhadapkan yang dengannya aneka macam kendala. Hal ini kian-kian terbatasnya modal paruh atau bisa juga dikatakan kepada biaya produksi disamping pemasaran yang dibuat ternak serta penguasaan keterampilan beternak yng profesional (Rahardi, dkk. 1999). Hal yang telah di sebutkan yng bagaikan kendala pada bisnis peternakan Bapak Kuncoro era ini.
V. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Jumlah ternak babi yng dimiliki merupakan 400 ekor. Terdiri dari 10 ekor jantan, 50 ekor betina, serta 330 ekor putra babi. 2. Total pendapatan bersih di peternakan babi Pak Kuncoro adalaah sebesar Rp 198.047.000,-per tahun. 3. Nilai Efisiensi ekonomi sebesar 2,137 yng menunjukan bahwasanya bisnis yang telah di sebutkan menguntungkan serta efisiensi kerja sebesar Rp 203.957,26,-. 4. Kendala yng dihadapi, yakni naik turunnya harga babi serta penyakit tahunan yng tiba-tiba menyerang serta mematikan. B. Saran Saran paruh atau bisa juga dikatakan kepada peternakan babi Pak Kuncoro, yakni kian diperhatikan lagi perihal kebugaran atau kesehatan, keamanan, serta kualitas ternak babi agar menghasilkan yang dibuat yng menyimpan kualitas serta mampu bersaing paruh atau bisa juga dikatakan kepada bagaikan peternakan yng kian besar serta berkembang. Mempergunakan serta memanfaatkan lahan serta pun limbah darri peternakan yang telah di sebutkan agar berharga ekonomis serta menguntungkan pemilik serta lingkungan seputar.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. PT.Agro Media Pustaka. Jakarta. Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Bisnis Tani. Penerbit Universitas Padjajaran. Bandung. Blakely, J. serta D.H Bade 1998. Ilmu peternakan. Cetakan keempat. Terjemahan: B. Srigandono. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Bunter danBennet. 2004. Animal Science and Industry. Cetakan keempat. Prentice Hall, Inc.New Yersey. Mahyuddin. 2009. Analisis Profitabilitas, Rentabilitas, Break Even Point, serta Pay Back Periode Pada Bisnis Pembibitan Sapi Potong. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Rodjak. 2006. Analis Bisnis Ternak Babi. Cetakankedua. Gramedia Pustaka. Jakarta. Saragih. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. USESE Foundation serta Pusdi Pembangunan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Setiawan, T. serta Arsa, T. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Penebar Swadaya. Jakarta. Siagian, P. H. 1999. Manajemen Ternak Babi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sihombing. 2006. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Ekonomi :Teori serta Aplikasinya. CV. Raja Grafindo. Jakarta. Soekartawi. 2006. Analisis Bisnis tani. Universitas Indonesia. Jakarta. Suharno serta Nazaruddin. 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Supriyadi. 2009. Analisis Bisnis Itik. Gramedia. Jakarta. Yusdja serta Pandangan anyar. 2006. Arah Kebijakan Pembangunan Peternakan Rakyat. Analisis Kebijakan Pertanian.Volume 4. Nomor 1, Maret 2006 Pusat Analisis Sosial Ekonomi serta Kebijakan Pertanian. Bogor.