Gangguan Reproduksi Pada Sapi Dan Cara Penanganannya Ke 2 selaku pilihan yang bagus buat kalian yang pengen mencari solusi keterangan memungut. Beberapa keterangan lainnya bisa kalian dapatkan disini bersama baik.
Bagi atau bisa juga dikatakan alokasi gangguan reproduksi pada ternak sapi yng ke 2 merupakan penyebabnya yaitu oleh Gangguan fungsional. Bagi atau bisa juga dikatakan alokasi kamu yng belum membaca gangguan yng pertama bisa membacanya dibawah ini:
Gangguan fungsional Satu dari sekian banyaknya penyebab gangguan reproduksi pada ternak sapi merupakan adanya gangguan fungsional (organ reproduksi tak berfungsi yang dengannya baik). Infertilitas bentuk fungsional ini penyebabnya yaitu oleh adanya abnormalitas hormonal. Berikut merupakan semisal kasus gangguan fungsional, diantaranya :
1. Sista ovarium (ovaria, folikuler serta luteal) Status ovarium dikatakan sistik andaikan mengantongi kandungan satu ataupun makin struktur berisi cairan serta makin besar dibanding yang dengannya folikel masak. Penyebab terjadinya sista ovarium merupakan gangguan ovulasi serta endokrin (rendahnya hormon LH). Sedangkan faktor predisposisinya merupakan herediter, problem sosial serta diet protein. Adanya sista yang telah di sebutkan menjadikan folikel de graf (folikel masak) tak berovulasi (anovulasi) namun mengalami regresi (melebur) ataupun mengalami luteinisasi menjadikan ukuran folikel meningkat, adanya degenerasi lapisan sel granulosa serta hidup paling tiada banyak 10 hari. Akibatnya sapi–sapi selaku anestrus ataupun bahkan selaku nymphomania (kawin terus).
Penanganan yng di lakukan yakni yang dengannya:
2. Subestrus serta birahi tenang Subestrus seimbang suatu keadaan dimana gejala birahi yng berlangsung singkat/ pendek (cuma 3-4 jam) serta disertai ovulasi (pelepasan telur). Birahi tenang seimbang suatu keadaan sapi yang dengannya aktifitas ovarium serta adanya ovulasi bakal tetapi tak disertai yang dengannya gejala estrus yng terperinci. Penyebab fenomena ini diantaranya: rendahnya estrogen (lantaran defisiensi β karotin, P, Co, Kobalt serta berat badan yng rendah ). Andaikan terdapat corpus luteum maka bisa diterapi yang dengannya PGF2α (prostaglandin) serta diikuti yang dengannya pemberian GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon).
3. Anestrus Anestrus seimbang suatu keadaan pada hewan betina yng tak menunjukan gejala estrus intern jangka waktu yng lama. Tak adanya gejala estrus yang telah di sebutkan bisa penyebabnya yaitu oleh tak adanya acara ovaria ataupun akibat aktifitas ovaria yng tak teramati. Keadaan anestrus bisa diklasifikasikan didasari penyebabnya yakni : a. True anestrus (anestrus normal) Abnormalitas ini ditandai yang dengannya tak adanya acara siklik dari ovaria, penyebabnya lantaran tak cukupnya produksi gonadotropin ataupun lantaran ovaria tak respon terhadap hormon gonadotropin. Secara perrektal pada sapi dara bakal teraba kecil, rata serta halus, sedangkan kalau pada sapi tua ovaria bakal teraba irreguler (tak teratur) lantaran adanya korpus luteum yng regresi (melebur).
b. Anestrus lantaran gangguan hormon Umumnya terlaksana lantaran tingginya kadar progesteron (hormon kebuntingan) intern darah ataupun akibat kekurangan hormon gonadotropin.
c. Anestrus lantaran kekurangan nutrisi Kekurangan nutrisi bisa memicu gagalnya produksi serta pelepasan hormon gonadotropin, makin-makin FSH serta LH, akibatnya ovarium tak rajin.
d. Anestrus lantaran genetik Anestrus lantaran faktor genetik yng Suka terlaksana merupakan hipoplasia ovarium serta agenesis ovaria. Penanganan yang dengannya perbaikan pakan menjadikan skor kondisi tubuh (SKT) meningkat, merangsang acara ovaria yang dengannya cara pemberian (eCG 3000-4500 IU; GnRH 0,5 mg; PRID/ CIDR serta estrogen).
4. Ovulasi tertunda Ovulasi tertunda (delayed ovulation) seimbang suatu kondisi ovulasi yng tertunda/ tak benar waktu. Hal ini bisa memicu perkawinan/ IB tak benar waktu, menjadikan fertilisasi (pembuahan) tak terlaksana serta kesimpulannya gagal alokasi atau bisa juga dikatakan alokasi bunting. Penyebab utama ovulasi tertunda merupakan rendahnya kadar LH intern darah. Gejala yng nampak pada kasus ini merupakan adanya kawin berulang (repeat breeding). Terapi yng bisa di lakukan diantaranya yang dengannya injeksi GnRH (100-250 µg gonadorelin) era IB.
Bagi atau bisa juga dikatakan alokasi Materi yng Ketiga perihal Gangguan Reproduksi Sapi Akibat Infeksi Organ Reproduksi Gangguan fungsional bisa dibaca dibawah ini
Bagi atau bisa juga dikatakan alokasi gangguan reproduksi pada ternak sapi yng ke 2 merupakan penyebabnya yaitu oleh Gangguan fungsional. Bagi atau bisa juga dikatakan alokasi kamu yng belum membaca gangguan yng pertama bisa membacanya dibawah ini:
Baca Pun: Gangguan Reproduksi Pada Sapi Serta Cara Penanganannya.
Gangguan fungsional Satu dari sekian banyaknya penyebab gangguan reproduksi pada ternak sapi merupakan adanya gangguan fungsional (organ reproduksi tak berfungsi yang dengannya baik). Infertilitas bentuk fungsional ini penyebabnya yaitu oleh adanya abnormalitas hormonal. Berikut merupakan semisal kasus gangguan fungsional, diantaranya :
1. Sista ovarium (ovaria, folikuler serta luteal) Status ovarium dikatakan sistik andaikan mengantongi kandungan satu ataupun makin struktur berisi cairan serta makin besar dibanding yang dengannya folikel masak. Penyebab terjadinya sista ovarium merupakan gangguan ovulasi serta endokrin (rendahnya hormon LH). Sedangkan faktor predisposisinya merupakan herediter, problem sosial serta diet protein. Adanya sista yang telah di sebutkan menjadikan folikel de graf (folikel masak) tak berovulasi (anovulasi) namun mengalami regresi (melebur) ataupun mengalami luteinisasi menjadikan ukuran folikel meningkat, adanya degenerasi lapisan sel granulosa serta hidup paling tiada banyak 10 hari. Akibatnya sapi–sapi selaku anestrus ataupun bahkan selaku nymphomania (kawin terus).
Penanganan yng di lakukan yakni yang dengannya:
- Sista ovaria : prostaglandin (andai hewan tak bunting)
- Sista folikel : Suntik HCG/LH (Preynye, Nymfalon) secara intramuskuler sebanyk 200 IU.
- Sista luteal : PGH 7,5 mg secara intra uterina ataupun 2,5 ml secara intramuskuler. Selain itu pun bisa diterapi yang dengannya PRID/CIDR intra uterina (12 hari). Dua sampai lima hari sesudah pengobatan sapi bakal birahi.
2. Subestrus serta birahi tenang Subestrus seimbang suatu keadaan dimana gejala birahi yng berlangsung singkat/ pendek (cuma 3-4 jam) serta disertai ovulasi (pelepasan telur). Birahi tenang seimbang suatu keadaan sapi yang dengannya aktifitas ovarium serta adanya ovulasi bakal tetapi tak disertai yang dengannya gejala estrus yng terperinci. Penyebab fenomena ini diantaranya: rendahnya estrogen (lantaran defisiensi β karotin, P, Co, Kobalt serta berat badan yng rendah ). Andaikan terdapat corpus luteum maka bisa diterapi yang dengannya PGF2α (prostaglandin) serta diikuti yang dengannya pemberian GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon).
3. Anestrus Anestrus seimbang suatu keadaan pada hewan betina yng tak menunjukan gejala estrus intern jangka waktu yng lama. Tak adanya gejala estrus yang telah di sebutkan bisa penyebabnya yaitu oleh tak adanya acara ovaria ataupun akibat aktifitas ovaria yng tak teramati. Keadaan anestrus bisa diklasifikasikan didasari penyebabnya yakni : a. True anestrus (anestrus normal) Abnormalitas ini ditandai yang dengannya tak adanya acara siklik dari ovaria, penyebabnya lantaran tak cukupnya produksi gonadotropin ataupun lantaran ovaria tak respon terhadap hormon gonadotropin. Secara perrektal pada sapi dara bakal teraba kecil, rata serta halus, sedangkan kalau pada sapi tua ovaria bakal teraba irreguler (tak teratur) lantaran adanya korpus luteum yng regresi (melebur).
b. Anestrus lantaran gangguan hormon Umumnya terlaksana lantaran tingginya kadar progesteron (hormon kebuntingan) intern darah ataupun akibat kekurangan hormon gonadotropin.
c. Anestrus lantaran kekurangan nutrisi Kekurangan nutrisi bisa memicu gagalnya produksi serta pelepasan hormon gonadotropin, makin-makin FSH serta LH, akibatnya ovarium tak rajin.
d. Anestrus lantaran genetik Anestrus lantaran faktor genetik yng Suka terlaksana merupakan hipoplasia ovarium serta agenesis ovaria. Penanganan yang dengannya perbaikan pakan menjadikan skor kondisi tubuh (SKT) meningkat, merangsang acara ovaria yang dengannya cara pemberian (eCG 3000-4500 IU; GnRH 0,5 mg; PRID/ CIDR serta estrogen).
4. Ovulasi tertunda Ovulasi tertunda (delayed ovulation) seimbang suatu kondisi ovulasi yng tertunda/ tak benar waktu. Hal ini bisa memicu perkawinan/ IB tak benar waktu, menjadikan fertilisasi (pembuahan) tak terlaksana serta kesimpulannya gagal alokasi atau bisa juga dikatakan alokasi bunting. Penyebab utama ovulasi tertunda merupakan rendahnya kadar LH intern darah. Gejala yng nampak pada kasus ini merupakan adanya kawin berulang (repeat breeding). Terapi yng bisa di lakukan diantaranya yang dengannya injeksi GnRH (100-250 µg gonadorelin) era IB.
Bagi atau bisa juga dikatakan alokasi Materi yng Ketiga perihal Gangguan Reproduksi Sapi Akibat Infeksi Organ Reproduksi Gangguan fungsional bisa dibaca dibawah ini
Baca Pun: Gangguan Reproduksi Pada Sapi Serta Cara Penanganannya Ke 3Sumber: Ratnawati, D., Wulan C. P., Serta Lukman A. S. 2007. Petunjuk Teknis Penanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian Serta Pengembangan Peternakan Badan Penelitian Serta Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Loka Penelitian Sapi Potong Jln. Pahlawan Grati No. 2 Grati Pasuruan 67184. Isbn 978-979-8308-69-7.